Selasa, 22 April 2014

Kritik Sastra Puisi Karya Tengsoe Tjahjono “SIAPA LELAKI DI ATAS KUDA ITU”

Kritik Sastra Puisi Karya Tengsoe Tjahjono “SIAPA LELAKI DI ATAS KUDA ITU”
Tengsoe Tjahjono adalah penyair yang tidak begitu produktif tetapi memiliki intensitas penciptaan yang terjaga. Karya penyair ini tidak begitu istimewa tapi masih tergolong baik. Dalam karyanya “SIAPA LELAKI DI ATAS KUDA ITU” dari segi isi, puisi tersebut mengungkapkan kecintaan terhadap tanah air Indonesia yang harus dijaga. Dengan gambaran sosok pahlawan Diponegoro yang gagah berani membela tanah air ini makin jelas terlihat Indonesia yang rindu sosok seperti beliau. Di era globalisasi ini tanah air kita makin jauh dari kata baik.
Dengan puisi ini, penulis ingin menyampaikan dan mengingatkan kembali akan pentingnya sikap peduli terhadap tanah air Indonesia yang semakin lama semakin buruk. Sikap yang harus ditanamkan dan dimiliki bangsa Indonesia yang kurang peduli dengan bangsanya sendiri.
Dari segi bahasa, puisi karya Tangsoe Tjahjono ini bagus. Karena mudah dipahami oleh semua kalangan terutama anak tingkat sekolah juga bisa menikmati dan memahami maksud yang ingin disampaikan penyair. Akan tetapi dengan pilihan kata atau diksi yang seperti itu membuat sebagian pembaca jenuh. Dengan hal ini maka karya Tangsoe Tjahjono memang bagus tetapi masih belum tergolong istimewa.
Missal pada kutipan bait pertama “SIAPA LELAKI DI ATAS KUDA ITU”
Ini bumiku, angin di atas itulah nafasku
telah kuhirup sejak kukenal semesta (sejak kita dilahirkan ke bumi)
jangan mendekat, jangan ciptakan api (jangan merusak dan membuat hancur)
pada rimba, pada gunung, pada belantara biru (pada hutan, pada gunung, pada hamparan laut)
Dari bait tersebut penyair menggunakan symbol-simbol yang mudah dimengerti.
Inti dari puisi “SIAPA LELAKI DI ATAS KUDA ITU” adalah merindukan sosok yang seperti yang digambarkan dalam puisi tersebut, Diponegoro. Kegigihannya dalam membela tanah air Indonesia.
Bisa dilihat dalam kutipan bait terakhir “SIAPA LELAKI DI ATAS KUDA ITU”
(siapa lelaki diatas kuda itu, menerjang debu
Menembus kabut mesiu: Akulah Diponegoro
Tak sejengkal kan mundur, walau tubuh hancur
kan kubrla bumi persada, walau raga lebur)
Bagi bangsa Indonesia, terutama pemuda-pemuda selayaknya sadar dan peduli akan keadaan tanah air Indonesia.

Faida Agusti (105200155)

Tangsoe Tjahjono
SIAPA LELAKI DI ATAS KUDA ITU
Ini bumiku, angin di atas itulah nafas
telah kuhirup sejak ku kenal semesta
Jangan mendekat, jangan ciptakan api
pada rimba, pada gunung, pada belantara biru
Ini tanahku, ladang pengembaraan permadani rumput
Embun membasahi telapak, sejukkan semilyar jejak
Jangan sentuh belukar daun kemarau
laut mendidih karena bara derita
Ini rumahku, tempat istirah dan menyusun langkah
tempat ku bermimpi membangun mahligai dan puri-puri
Jangan congkel daun jendela dengan linggis nafsu
mmerampok taman bunga dan ruang tamu ketika bertemu
Ini kebunku, tempat pepohonan lebat berbuah
tempat kutanam harapan akan hidup di masa datang
Jangan tebarkan bubuk hama pada penampang rumputan
alam membusuk dalam jantung
(Siapa lelaki di atas kuda itu, menerjang debu
Menembus kabut mesiu: Akulah Diponegoro
Tak sejengkal kan mundur, walau tubuh hancur
kan kubela bumi persada, walau raga lebur)

Dirgantara, Februari 2011

Kritik Sastra

Faida Agusti (105200155)
Kritik Sastra
Tema “Wanita dalam Sastra”
Cerpen “JAWA, CINA, MADURA NGGAK MASALAH, YANG PENTING RASANYA ….”
Karya M. Shoim Anwar
Itulah Wanita
Cerpen karya M. Shoim Anwar ini ada beberapa hal yang menarik untuk di lihat lebih lanjut dalam hal wanita dalam sastra. 
Wanita sebagai makhluk manja. Dengan naluri wanita yang seperti itu membangkitkan keinginan pria untuk melindungi dan memenuhi kebutuhan lawan jenisnya. Hal itu sudah menjadi hal paten dalam kehidupan, terutama dalam rumah tangga. Pada bagian pembuka cerita 
“ini memang urusan perempuan, tapi saya terlibat juga dengannya. Sudah terlalu lama saya diminta untuk melayani hajat ini. Saya tak dapat menolak. Setiap dia menghendaki saya harus memenuhinya. …………..”Kalau ingin yang cantik kamu harus berkorban!” (M. Shoim Anwar, 2014:133)

Degan pilihan kata yang bagus, penulis ingin menunjukkan bahwa sesekali pria harus mengerti dan tanggap dalam hal keinginan wanita (istrinya). Di sini digambarkan suatu kejadian suami yang di minta tolong istri untuk membelikan kebutuhan kecantikan istrinya. Dalam hal ini suami tidak bisa menolak permintaan istri karena hal ini termasuk kewajiban suami. Hal ini terlihat dari kutipan berikut.
“saya akhirnya melaksanakan juga permintaan istri. Dia tersenyum, mungkin sebagai pertanda kemenangan. …..(M. Shoim Anwar, 2014:134)

Wanita juga dilahirkan dengan naluri yang ingin selalu tampil cantik dan sempurna. Alasan utamanya adalah lawan jenisnya. Semua wanita pada dasarnya ingin tampil cantik dan sempurna dari ujung rambut sampai kaki. Akan tetapi dengan latar belakang dan situasi dan kondisi setiap orang berbeda, hal itu juga memaksa wanita untuk menyesuaikan dengan keadaan dirinya. Didalam cerpen ini di sebutkan beberapa macam kebutuhan kecantikan istri yang harus di beli suaminya. Meskipun ngedumel, tetap menuruti kemauan istri, karena perkataan istri yang memang benar bahwa pria suka wanita yang pandai merawat diri.
“…….. Di atas meja sudah ada secarik kertas berisi daftar alat-alat kecantikan yang harus saya beli; milk cleanser, skin tonic, moisturizing body lotion, lipstick,hair tonic, dan eye shadow.”
“Kalau kurang kamu tambahi,” katanya sambil mengulurkan uang.|
“Nambahi lagi,” saya ngedumel.
“Katanya pingin cantik?” ……… (M. Shoim Anwar, 2014:134)

Terakhir, wanita makhluk pecemburu. Dalam cerpen ini bisa dilihat dalam kutipan berikut.
………”Jawa, Cina, Madura nggak masalah. Yang penting rasanya….,”
Kata-kata itu pula yang saya bisikkan kepada istri begitu tiba di rumah. Kontan dia membelalak hingga matanya kelihatan bundar. Kedua pipi saya dipegangnya dan digoncang-goncang.
“jangan macam-macam. Kurang apa aku?”
“Nggak kurang.”
“Pakai membanding-bandingkan dengan Cina dan Madura segala”
“justru harus dibandingkan biar tahu kelebihannya.”
“Kurang cantik?”
“Nggak.” (M. Shoim Anwar, 2014:136)

Padahal belum tahu yang dimaksud suaminya, sudah marah-marah. Lagi suami membisikan kalimat tersebut kepada istrinya, sontak sang istri makin menjadi-jadi.
………”Jawa, Cina, Madura nggak masalah. Yang penting rasanya….,”
Mata istri saya melotot sempurna. Belum sempat dia berkata apa-apa, saya bisikkan lagi,”Kulitnya kuning mulus dan bersih. Montok lagi….”
Dengan cepat tangan kanannya diangkat dan mau ditamparkan ke mulut saya….
(M. Shoim Anwar, 2014:139)

Wanita terlahir sebagai makhluk yang unik dan disertai naluri ingin selalu dijaga dan dimengerti serta dipenuhi kebutuhannya. Karena wanita makhluk yang lebih lemah daripada laki-laki.